Tag

,


curiosity

Tulisan ini sambungan dari tulisan sebelumnya.

Semua yang ditulis di sini masih mengacu ke buku yang sama ‘Art of Creative Thinking’ karangan John Aidair. Pembahasan kali ini sampai dengan Bab 10 dulu, nanti ada terusannya lagi 🙂 . Lebih baik sedikit dari pada tidak sama sekali, iya gakk?

Buku ini emang asik, karena banyak kata-kata mutiara yang bagus. Emang sih, ada beberapa kata-kata yang agak susah dimengerti. Tapi dari situlah kita belajar kreatif, karena hanya orang yang bisa menumbuhkan rasa ‘curios’ (ingin tau) yang bisa jadi orang kreatif. Jadi, secara tidak langsung, baca buku ini aja kita udah belajar kreatif, karena begitu ada yang gak ngerti kita musti kreatif  cari jawaban alias tanya sana-sini 🙂 .

Ada kata-kata yang berkesan dan membuat saya juga Honey bertanya-tanya:

‘Curiosity in children is but an appetite for knowledge’, kata John Locke.

Ketika kita masih kecil, umumnya kita selalu ingin tahu segala hal, ingin mencoba segala hal. Namun, ketika kita beranjak dewasa, rasa ingin tahu kita semakin hari semakin terkikis. Mengapa?

Semakin kami dewasa, sepertinya kami menjadi semakin manja, hanya mau tahu jika dikasih tahu. Dan biasanya alasannya banyak, ingin semuanya serba instant, gak punya waktu, gak terlalu penting dan berbagai alasan lainnya.

Semakin dewasa, kami juga semakin malas untuk ‘mengamati dan menyimak’, yang sering kami lakukan adalah hanya sekedar melihat dan mendengar. Apa bedanya mengamati dengan melihat? Apa bedanya menyimak dengan mendengar? Tentu ada bedanya.

Kegiatan menyimak dan mengamati membutuhkan energi/usaha yang lebih besar dibanding sekedar melihat atau mendengar. Kalau kita mengamati dan menyimak, akan merangsang otak kita untuk berfikir. Tapi kalau hanya melihat atau mendengar, biasanya hanya selewat, sekedar tahu saja.

Menyimak juga berarti kita belajar menjadi pendengar yang baik. Dengan menjadi pendengar yang baik, akan lebih mudah untuk kita mengumpulkan ide-ide. Sebagian besar orang hanya suka jika didengarkan, padahal kata Peter Ustinov sang pengarang ternama:

‘There is no point in talking without listening,‘ .

Di Bab 10 dibahas tentang kegiatan membaca, bahwa buku adalah sumbernya ilmu, juga sumbernya ide-ide. Semakin kita sering membaca, maka akan semakin banyak ilmu dan ide-ide yang kita dapatkan yang bisa membuat kita lebih kreatif. Namun, untuk kegiatan membaca ini ada ternyata ada seninya, salah satunya:

‘Taste the contents, then select what you wish to chew and swallow. Never swallow first, for if you believe everything you read it is better not to read.’

Jadi kita harus tetap kritis dengan hal-hal yang sudah kita baca. Termasuk tulisan ini, jangan diambil mentah-mentah, silahkan ditambah atau dikritisi.

Bersambung…